Hari-hari telah berlalu begitu cepat, dan aku masih di sini, menari di antara cahaya dan bayang. Waktu menenunku dengan benang luka dan tawa, merajut langkah dari getir dan gemintang.
Dua puluh tahun ini adalah sebuah puisi yang ditulis dengan tinta pengalaman, di mana setiap baitnya mengisahkan tentang harapan, impian, dan keberanian. Aku bersyukur atas setiap detik yang telah berlalu, karena di sanalah aku menemukan siapa diriku sebenarnya.
Hari ini aku ingin berterima kasih kepada diriku, Terima kasih telah mencintai hidup, bahkan saat semesta menyisakan senja yang kelabu. Terima kasih untuk semesta yang tak henti-hentinya menggulirkan fajar, untuk jiwa yang bertahan meski badai kerap datang, dan untuk hati yang masih dengan keegoisannya mencintai meski berkali-kali retak.
Hari ini, bukan sekadar angka yang bertambah, tapi kisah yang semakin berwarna. Maka, teruslah berlayar di samudra takdir, merangkai mimpi dengan jemari cahaya. Sebab, hidup adalah sajak yang terus ditulis, dan engkau adalah puisinya.
Selamat menua, wahai jiwa. Semoga langkahmu selalu menari di atas takdir yang indah.
04 Februari 2025 | 20th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar